KOMPUTER DAN MASYARAKAT
Belajar dari kegagalan merupakan awal dari suatu keberhasilan
JURNAL KOMPUTER & MASYARAKAT
Abstrak
Informasi
dan ilmu pengetahuan sampai pada kita lewat berbagai jalan. Pada zaman
dahulu, papirus, batu tulis, tulang dan buku menjadi media utama
tersampainya ilmu pengetahuan. Seiring dengan majunya teknologi, dewasa
ini informasi mengalami perubahan format ke dalam bentuk digital. Ide
yang dimuat dalam kertas mulai tergantikan menjadi versi elektronik.
Kita memasuki era paperless. Perubahan format ini membuka peluang besar
bagi kemudahan akses informasi, apalagi dengan membuatnya dapat diakses
secara online. Dengan bermodal komputer, dewasa ini kita dapat
menjelajahi dunia cyber, yang kaya akan informasi. Berbagai penelitian
berkesimpulan bahwa proses meng-online-kan informasi ini merupakan salah
satu faktor penting yang mendorong pesatnya pertumbuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1. Pendahuluan
Internet
pada awalnya dikembangkan oleh AS sekitar tahun 1970, dan semula
dipergunakan terbatas untuk keperluan militer. Tiga dasa warsa berlalu.
Dewasa ini di negara maju, internet hampir menjadi kebutuhan primer.
Layanan yang ditawarkan internet pun semakin lengkap, komunikatif dan
memanjakan konsumen. Teknologi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line)
yang populer beberapa tahun belakangan ini membuat internet menjadi
barang yang tidak asing lagi di rumah-rumah, dan semakin banyak
masyarakat yang dapat menikmati akses internet 24jam.
Pada
masa awal, pemakaian internet hanya terbatas untuk berkirim electronic
mail. WWW (World Wide Web) mulai populer digunakan sekitar awal tahun
90-an, dengan memakai berbagai web browser seperti Netscape, Internet
Explorer, dsb. Seiring dengan perkembangan hardware maupun software yang
pesat, materi yang disampaikan lewat
web pun mengalami
perkembangan. Materi yang dimuat tidak terbatas berupa teks, melainkan
gambar, suara, video, streaming, hingga yang bersifat interaktif,
seperti chatting, video conference dsb.
Hal ini dimungkinkan oleh
kemajuan teknologi di bidang hardware dan software. Sebagaimana yang
diramalkan oleh Gordon Moore (Moore’s Law), bahwa kemampuan komputer
akan berlipat dua kali setiap 18 bulan.
Dapat
dikatakan, informasi yang sampai kepada kita mengalami beberapa kali
perubahan format. Informasi dan ilmu pengetahuan yang semula
didokumentasikan pada papirus, tulisan pada batu, buku, dewasa ini telah
banyak yang ditransfer ke dalam bentuk digital. Tulisan ilmiah,
skripsi, telah umum disimpan dalam format elektronik
(misalnya
format Word, PDF, dsb.), pada disket, CD ROM atau pun DVD. Karena
bentuknya tipis, ringan, sangat mudah bagi kita untuk membawa informasi
itu kemana-mana. Selanjutnya kemajuan yang dicapai oleh teknologi
internet membuat informasi tersebut dapat ditampilkan di web, atau
dikirim lewat email, sehingga dapat diakses dari berbagai penjuru dunia.
Syaratnya hanya satu: asal tersambung ke dunia cyber.
Dengan
demikian, alur penyampaian ilmu pengetahuan dewasa ini melewati
beberapa tahap : 1) mengubah format-nya dari buku ke dalam bentuk
digital 2) mengirimkannya dalam bentuk “bit”, deretan kode “0” dan “1”,
lewat koneksi internet kepada berbagai pihak, yang mungkin berada di
manca negara. Kata kunci bagian akhir proses ini adalah "online", yaitu
tampilnya suatu informasi di dunia cyber, yang pada akhirnya turut
memberikan akselerasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Makalah ini akan membahas kontribusi
signifikan informasi online terhadap dunia pendidikan dan penelitian.
Pada bagian ke 2, akan dibahas proses perubahan informasi ke arah
digital, dan dilanjutkan dengan proses meng-online-kan informasi digital
tersebut, yang akan dibahas pada bagian ke-3. Pada bagian berikutnya,
akan dibahas pengaruh signifikan pada dunia pendidikan dan penelitian
yang dipacu oleh terbuka lebarnya akses informasi. Setelah membahas
beberapa masalah yang dihadapi, bagian terakhir merangkum point-point
penting dalam makalah ini.
2. Informasi pada era digital
Dewasa ini hampir seluruh aspek kehidupan kita tersentuh
oleh digital. Berbeda dengan informasi analog yang sifatnya kontinyu,
informasi digital dicirikan dari representasinya dalam bentuk
diskontinyu. Contoh yang paling mudah perubahan dari analog menjadi
digital adalah jam. Jam analog memiliki jarum yang berputar secara
kontinyu, dapat menunjukkan waktu pada resolusi berapa pun. Sedangkan
jam digital hanya mampu menunjukkan waktu-waktu pada ketelitian
terbatas, misalnya pada satuan detik. Lagu dan film yang dahulunya
diabadikan dalam piring hitam atau pita kaset, dewasa ini lazim disimpan
dalam bentuk digital pada media CD atau DVD. Informasi digital hampir
tidak dapat terlepas lagi dari kehidupan kita sehari-hari [1].
Sebagaimana contoh di atas, dewasa ini buku, data observasi dan
dokumentasi penelitian juga telah lazim ditransfer ke dalam bentuk
digital.
Keuntungan informasi disajikan dalam bentuk digital antara lain sbb.
1. Kompresi data
Ini
adalah kelebihan terbesar dari bentuk digital. Sebuah CD ROM yang
kapasitasnya 700 MB dapat memuat buku dengan ketebalan lebih dari 4 ribu
halaman. Dapat dibayangkan berapa besar tempat yang dapat dihemat oleh
sebuah perpustakaan, apabila literatur nya berupa file elektronik.
Contoh
lain: portable harddisk Logitec LHD-PBA20U2 berukuran 7.6 x 1.5 x 13
cm, berat sekitar 180 gram, kapasitas sekitar 20GB. Harddisk sebesar
telapak tangan ini dapat memuat buku lebih dari 100 ribu halaman dalam
format pdf, atau kira-kira sama dengan 151 jilid kamus bahasa
Inggris-Indonesia, tiap jilid setebal 660 halaman, total berat 151 kg,
yang kalau disusun berjajar membutuhkan ruang sepanjang 6m.
2. Portabilitas
Data
yang telah dikompresi akan berukuran jauh lebih kecil daripada aslinya.
Akan lebih ringan dan lebih mudah membawa sebuah CD ROM daripada
membawa informasi dalam bentuk buku. Pada ilustrasi di atas lebih mudah
untuk membawa hard disk portable Logitec yang beratnya hanya 180 gram
dan bisa dimasukkan ke saku, padahal isinya sama dengan buku dalam 1
almari di perpustakaan.
3. Mudah untuk di-edit, diolah dan ditransfer ke media lain
Di
masa lampau kita memerlukan penghapus, stypo, tip ex, untuk melakukan
koreksi tulisan. Jika tulisan berada dalam format elektronik, kita akan
sangat mudah melakukan koreksi, menambahkan baris, mengatur lay out
tulisan.
Proses transfer pun menjadi lebih mudah. Jika dahulu kita
harus memakai mesin fotocopy untuk membuat salinan suatu artikel atau
buku, saat ini kita telah terbiasa mengcopy dokumen dalam bentuk file
elektronik ke dalam disket, atau ke dalam harddisk komputer.
3. Dari Offline menuju Online
Berbagai
macam kelebihan dapat kita peroleh jika informasi disajikan berupa
digital. Buku yang berjilid-jilid dapat disimpan dalam bentuk file yang
cukup dimuat dalam sekeping CD ROM. Proseding seminar yang dulu biasa
dibagikan dalam bentuk cetak dan beratnya kadang bisa sekitar 5 kg, saat
ini lebih populer dibagikan dalam bentuk CDROM. Akan tetapi informasi
seperti ini masih tersedia dalam bentuk offline, yaitu tidak
terkoneksikan ke internet. Kalau ada kolega kita di kota lain yang
memerlukan data tersebut, mau tidak mau kita harus memakai jasa pos
untuk mengirim CDROM tersebut. Tidakkah ada jalan lain yang lebih mudah
untuk mentransmisikan informasi tersebut ?
Sebagaimana dijelaskan,
kelebihan informasi digital adalah “kompresi” dan kemudahan untuk
ditransfer ke media elektronik lain. Kelebihan ini dimanfaatkan secara
optimal oleh teknologi internet, misalnya dengan menaruhnya ke suatu
website atau umumnya disebut dengan meng-upload. Cara seperti ini
disebut membuatnya online di dunia cyber. Pengiriman informasi dalam CD
ROM yang tadinya harus dikirimkan lewat pos, sekarang telah dapat
dilakukan secara elektronik, sehingga jauh lebih cepat. Buku yang berada
di perpustakaan di Jepang, apabila dibuat dalam bentuk digital dan
ditaruh di harddisk komputer yang tersambung internet, dapat langsung
dinikmati oleh pelajar dan masyarakat di Indonesia. Saat saya masih
mahasiswa, apabila membutuhkan suatu artikel ilmiah yang ditulis oleh
professor di AS, perlu memesan ke perpustakaan dan harus menunggu,
kadang berminggu-minggu, sampai artikel tersebut dapat diperoleh. Saat
ini proses mencari literatur menjadi jauh lebih mudah. Kita cukup online
ke internet, dan mendownload file tersebut dari situs yang menyediakan
artikel yang dimaksud. Kadang-kadang penulis artikel itu menaruh artikel
di websitenya, agar mudah diakses oleh peneliti lain.
Dengan kata
lain, cara mengirimkan CDROM lewat pos adalah konvensional, yaitu
memindahkan “atom” dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan cara kedua
dengan mengonlinekan isi CDROM tersebut di internet, berarti
mentransmisikan informasi berupa bit dari satu terminal komputer ke yang
lain. Secepat-cepatnya kita mengirim barang, misalnya dengan Fedex atau
EMS, dari Jepang ke Indonesia memerlukan waktu sekitar tiga hari. Akan
tetapi proses transmisi bit pada koneksi internet jauh lebih cepat.
Dari Indonesia kita dapat mendownload suatu file di perpustakaan digital di Amerika hanya dalam satuan detik.
Dapat
disimpulkan bahwa meng-online-kan suatu informasi berarti melakukan
potong kompas terhadap jarak dan waktu: dua buah dimensi yang selama ini
sangat membatasi aktivitas manusia. Informasi online membuat akses
semakin luas, dan transfer informasi semakin cepat dan akurat.
4. Akses informasi online dalam dunia penelitian dan pendidikan
Komunitas
akademik dewasa ini telah terbiasa melakukan komunikasi lewat internet.
Diskusi, pengiriman artikel, pemesanan buku, pengiriman data observasi,
dan berbagai aktifitas lain dapat dilakukan dari sebuah PC yang
terkoneksikan ke internet. Akses informasi yang dapat dilakukan kapan
saja, siapa saja, di mana saja ini, telah memberikan kontribusi
signifikan terhadap berkembangnya ilmu pengetahuan.
Perpustakaan
merupakan sumber literatur utama bagi seorang peneliti untuk mengikuti
perkembangan bidang yang ditekuninya. Sebagian besar waktu dihabiskan
untuk membaca journal ilmiah, laporan penelitian, prosiding seminar,
yang tersedia dalam bentuk buku, disimpan di perpustakaan. Hal yang
paling sulit adalah bagaimana memilih informasi yang diperlukan di
antara ribuan atau jutaan halaman yang tersedia, padahal waktu yang ada
sangat terbatas.
Masalah ini dapat dipecahkan apabila journal,
laporan, buku dan informasi lain yang dicari tersebut berada dalam
format elektronik (misalnya format PDF, Word, postscript dsb.), sehingga
dapat diakses online melalui internet. Misalnya situs journal IEEE
(http://www.ieee.org), PubMed, dll. Dengan adanya sumber online,
peneliti lebih mudah mencari literatur dan informasi terbaru dalam
bidangnya.
Ada layanan yang mempermudah memilih informasi online
yang diperlukan, yaitu searching engine di internet. Yang sangat populer
adalah http://google.com dan http://yahoo.com. Situs searching engine
lain seperti http://vivisimo.com memiliki kelebihan, dengan
mengelompokkan hasil searching ke dalam beberapa group (cluster),
menurut kata kunci pada situs tersebut. Tersedianya informasi di
internet dan semakin canggihnya alat pencari membuat peneliti menjadi
lebih cepat dalam mencari informasi yang diperlukannya.
Apakah
efek kemudahan mendapatkan informasi di intenet ? Salah satu penelitian
menarik dilakukan oleh Steve Lawrence, yang dimuat di journal penelitian
terkemuka Nature [2] memberikan kesimpulan bahwa frekuensi rujukan
terhadap artikel yang dimuat online (ditampilkan di internet), ternyata
lebih banyak daripada artikel yang dimuat secara offline (tidak
ditampilkan di internet). Lawrence mengamati sekitar 120 ribu artikel
ilmiah di bidang komputer, yang dipublikasikan dari tahun 1989 sampai
2000. Data menunjukkan bahwa artikel yang ditampilkan secara online
rata-rata 7.03 kali dijadikan rujukan oleh penelitian lain, sedangkan
artikel offline hanya sekitar 2.74. Fakta ini membuat Lawrence
berkesimpulan, bahwa peningkatan kemampuan akses terhadap suatu paper
meningkatkan kesempatan bagi peneliti lain untuk menemukan informasi
yang diperlukan. Hal ini akan berdampak nyata pada berkembangnya suatu
disiplin ilmu.
Contoh lain adalah tersedianya data hasil observasi
di internet agar dapat dimiliki bersama. Misalnya sebagaimana yang
lazim dilakukan dalam bidang bioinformatika. Bioinformatika merupakan
bidang baru yang merupakan perkawinan antara biologi dan teknologi
informasi. Dalam hal ini, istilah “teknologi informasi” tidak terbatas
pada internet saja, melainkan pada proses pengolahan informasi secara
umum. Dengan demikian aspek teknologi informasi dalam bioinformatika
melibatkan juga teknologi database, pattern recognition, softcomputing,
expert system, kecerdasan buatan, dsb. Dewasa ini, seiring dengan
selesainya Human Genome Project, susunan DNA tubuh manusia telah dapat
dipetakan. Dalam era post genome project ini minat penelitian ditujukan
untuk menemukan fungsi dari gen pada tubuh manusia, dan aplikasinya pada
dunia medis. Misalnya pemilihan terapi penyakit yang tepat bagi
individu, yang sering disebut dengan tailormade medicine. Artikel ilmiah
maupun data yang dipakai dalam penelitian tsb. umumnya tersedia secara
online, dan dapat diakses oleh peneliti yang lain. Dengan demikian
terbuka kesempatan bagi anggota komunitas bioinformatika yang lain untuk
membahas dan menganalisa data sesuai dengan spesialisasi masing-masing.
Hal ini turut mendorong ditemukannya metoda-metoda komputasi baru yang
menjadi feedback positif bagi peneliti tersebut.
Dari
contoh-contoh di atas dapat dirangkumkan bahwa usaha meng-online-kan
informasi memiliki beberapa manfaat penting, antara lain:
1. Artikel ilmiah yang dimuat secara online, memiliki potensi akses yang lebih besar dan lebih sering dipakai sebagai rujukan
2.
Semakin luasnya kesempatan akses pada suatu informasi, pada gilirannya
dapat memberikan feedback positif bagi pemilik awal informasi tersebut
3. Data dan informasi yang dimuat secara online dapat membantu akselerasi perkembangan suatu cabang ilmu pengetahuan baru.
5. Usaha yang dilakukan oleh komunitas TI Indonesia
Usaha
meng-online-kan informasi penelitian ini tidak hanya dilakukan oleh
negara maju. Komunitas TI Indonesia tidak ketinggalan dalam memanfaatkan
teknologi internet untuk meng-online-kan informasi dalam dunia
penelitian. Beberapa usaha yang telah dilakukan antara lain:
1. Edukasi online
Aktifitas
yang sering disebut dengan e-learning ini memanfaatkan internet sebagai
wahana belajar mengajar. Beberapa di antaranya adalah situs berita
iptek (http://beritaiptek.com) yang memuat berita ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bahasa Indonesia, situs ilmukomputer.com yang mendapat
penghargaan internasional WSIS award dari PBB, dan situs-situs lain yang
belakangan ini semakin menjamur.
2. Digital Library
Salah
satu contoh adalah http://www.greendigitalpress.com. Usaha ini dirintis
oleh Arief Budi Witarto dan Romi Satria Wahono, keduanya peneliti di
LIPI. Ide awal proyek ini berasal dari keinginan mewujudkan perpustakaan
digital Indonesia, yang
dapat diakses online di internet. Contoh
dari situs serupa di dunia adalah situs PubMed (http://www.pubmed.com)
di bidang biomedik, atau situs CiteSeer.IST
(http://citeseer.ist.psu.edu) di bidang komputer, yang menyediakan
ribuan artikel ilmiah dalam format elektronik (format PDF) kontribusi
dari seluruh dunia. Situs digital library Indonesia ini memuat abstrak
publikasi khusus di Indonesia (paper & paten). Hal ini akan
memberikan kemudahan akses bagi peneliti lain dan mempercepat proses
komunikasi komunitas ilmiah Indonesia.
3. Diskusi ilmiah lewat mailing list (disingkat milis)
Mailing
list adalah forum diskusi yang berlangsung lewat electronic mail.
Beberapa komunitas ilmiah seperti IECI (Indonesian Society on
Electrical, Electronics, Comunication & Information), HFI (Himpunan
Fisika Indonesia), Biotek-indonesia.net telah memiliki forum diskusi
sendiri. Pada milis yang aktif, secara reguler diadakan seminar online.
Salah satu peserta mempresentasikan penelitiannya, dan peserta yang lain
mengajukan pertanyaan atau memberikan masukan, lewat email. Selain
presentasi penelitian, konsultasi masalah, kegiatan lain misalnya
resensi paper penelitian yang terbaru.
6. Masalah yang timbul saat meng-online-kan informasi
Semakin
banyaknya informasi tersedia secara online, memberikan efek positif
bagi kegiatan bisnis, pendidikan dan penelitian. Namun hal ini tidak
terlepas dari berbagai kendala yang perlu diwaspadai oleh pengguna
internet.
1. Sekuriti
Masalah utama pemakai internet adalah
sekuriti. Serangan virus, spamming mail merupakan ancaman pertama begitu
kita online di internet. Virus dapat menghapus data di hard disk,
merusak file penelitian dan mencuri informasi pribadi.
2. Hak cipta
Tulisan
ilmiah yang dibuat online seringkali dijiplak oleh pihak lain tanpa
seijin pemiliknya. Kalimat-kalimat pada suatu artikel dikutip tanpa
menyebutkan referensi asalnya. Ada juga pihak tak bertanggung jawab yang
memakai material di internet, tapi menghapus nama pengarangnya, atau
sumber asli artikel tersebut. Seolah-olah artikel itu adalah karyanya
sendiri. Hal-hal ini dapat dikategorikan kejahatan intelektual, dan
merugikan penulis asli tulisan tersebut.
3. Kendala teknis untuk artikel yang hanya tersedia versi cetak
Tidak
semua journal tersedia dalam bentuk elektronik. Terutama untuk artikel
yang diterbitkan sebelum tahun 1990, seringkali hanya tersedia versi
cetak. Misalnya journal ilmiah IEEE Trans. On Pattern Analysis and
Machine Intelligence (PAMI), kalau dilihat di situs
http://www.computer.org/tpami hanya menyediakan versi elektronik mulai
tahun 1988. Artikel-artikel yang sudah tua juga masih tersedia dalam
wujud “atom”, yaitu berupa kertas. Tapi dewasa ini, sudah banyak dijual
scanner yang mampu men-scan satu halaman dokumen dalam waktu kurang dari
1 detik, dan langsung dikonversikan ke format PDF. Misalnya “ScanSnap”
produk Fujitsu, yang sudah termasuk di dalamnya software Adobe Acrobat
untuk mengkonversikan hasil scan ke dalam format PDF.
Selain
masalah tersebut masih banyak hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam
meng-online-kan informasi. Resiko memang ada. Tapi hal itu memang harus
kita lewati untuk
mencapai kemajuan. No risk, No gain.
7. Kesimpulan
Makalah
ini membahas mengenai pengaruh positif dari informasi online. Berbagai
penelitian menunjukkan adanya kontribusi signifikan dari informasi
online terhadap akselerasi penelitian iptek. Hal ini ditunjukkan antara
lain oleh tingginya frekuensi rujukan paper ilmiah online dibandingkan
paper yang tidak dapat diakses online, cepatnya perkembangan bidang
bioinformatika yang memanfaatkan internet secara optimal untuk bertukar
data dan hasil observasi. Walaupun pada pelaksanaannya masih ada
kelemahan dan kendala dalam hal sekuriti, hak cipta dll. tetapi proses
meng-online-kan informasi ini merupakan etape yang harus kita lalui
untuk memajukan pendidikan dan riset di Indonesia.
Referensi
[1] Nicholas Negroponte, Being Digital, Random House (1996)
[2] Steve Lawrence, “Online or Invisible”, Nature, Vol.411, No.6837, pp.5221, 2001
versi online dapat diakses di http://citeseer.ist.psu.edu/online-nature01/
http://normasaragi.blogspot.com/2009/10/jurnal-komputer-masyarakat.html?zx=d7aff86ddc3856dd
Diposkan 17th October 2012 oleh Kelompok 10
0 Tambahkan komentar
Memuat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar